Sunday, February 26, 2017

Pelatihan Pengolahan Kepayang (2)

Minyak kepayang hasil penyaringan secara bertahap menjadi Virgin Oil

Setelah awal Januari 2017, masyarakat 5 Desa mendapatkan pelatihan tentang dasar-dasar produksi minyak goreng dari biji buah kepayang, kali ini masyarakat mendapatkan pelatihan dan praktek langsung bagaimana membuat minyak kepayang dengan alat-alat yang lebih modern.

Berikut ini, alat-alat yang di gunakan masyarakat waktu dulu, alat-alat yang digunakan sekarang, fungsi serta kelebihannya.

Untuk alat mengangkut dari pohon kepayang menuju rumah, biasanya masyarakat menggunakan alat pengangkut semacam wadah dari Ambung bambu menjadi Ambung rotan. Kelebihan bahan rotan adalah kualitasnya lebih bagus dan awet tidak mudah rusak. Tentang bahan baku rotan, sudah terdapat di lingkungan masyarakat di 5 desa ini.

Wadah atau tempat untuk megukus buah kepayang yang dulu menggunakan kuali berbahan tanah liat, saat ini menggunakan kukusan rebus berbahan alumunium. Selain memiliki kapasitas lebih banyak, kukusan ini tidak mudah pecah, dan lebih cepat menghatarkan panas sehingga lebih cepat mengukus buah kepayang.

Alat pencukil yang dulu menggunakan bambu, saat ini menggunakan besi. Pencukil adalah alat yang digunakan untuk memisahkan antara kulit dan daging kepayang dengan biji kepayang yang akan digunakan sebagai bahan untuk pembuatan minyak kepayang. Keunggulan dari pencukil besi ini yaitu alatnya lebih kuat dan tahan lama. Sehingga membantu mempercepat proses pencukilan biji kepayang.

Dan alat satu ini yang paling berat dan bernilai mahal yaitu alat penggilingan atau penghacuran biji kepayang. Dahulu masyarakat menggunakan balok kayu besar yang di atasnya diduduki oleh beberapa orang untuk menindih sejumlah biji kepayang yang ditaruh di dalam wadah rotan. Saat ini sudah ada alat penggiling atau penghancur kepayang dengan menggunakan mesin yang berbahan bakar bensin premium. Alat ini jelas sangat efektif dan efisien dalam proses penggilingan biji kepayang. 

Satu lagi alat yang diadakan untuk semakin mempermudah dan meningkatkan volume produksi minyak kepayang yaitu alat press. Dahulu masyarakat menggunakan kekuatan tangan untuk memeras atau mengepres serbuk kepayang untuk kemudian menjadi minyak kepayang. Saat ini, masyarakat menggunakan mesin press dengan kekuatan kempa hidrolik. Selain lebih ringan karena menggunakan teknologi tepat guna, hasil minyaknya juga lebih higienis dan juga bisa mendapatkan volume hasil minyak yang jauh lebih besar.

Beberapa alat tersebut dapat dipastikan oleh tim konsorsium IPHD—yakni konsorsium pelaksana program ini— dapat dikelola keberlanjutannya oleh masyarakat. Program Institusionalisasi Pengelolaan Hutan Desa adalah program yang dijalankan oleh Yayasan Satunama Gerakan Masyarakat Cinta Desa (G-cinDe), Lembaga Arupa, dan Universitas Mercubuana Yogyakarta atas dukungan pendanaan dari Yayasan Kehati, MCA - Indonesia dan MCC.

Dalam pelatihan pengelolaan kepayang tahap 2 ini, para peserta tidak hanya mendapatkan materi kelas, tetapi lebih banyak diajak untuk melakukan praktek langsung pengolahan minyak kepayang dengan menggunakan alat-alat yang disebutkan di atas. 

Secara teoritik, minyak goreng pada dasarnya ada dua jenis. Jenis pertama yaitu Crowd Oil. Jenis ini adalah minyak goreng komersiil lazimnya berbahan kelapa sawit yang sering kita temui di warung-warung atau minimarket. Warnanya kuning. Biasanya melalui proses penyaringan antara satu sampai 2 kali. Sedangkan minyak jenis kedua yaitu Virgin Oil.

Jenis ini adalah minyak dengan kualitas tinggi. Biasanya warna yang sempurna yaitu mendekati warna air mineral, bening. Semakin mendekati bening, maka virgin oilnya semakin sempurna. Proses penyaringannya memerlukan 3 sampai 5 kali penyaringan. Proses penyaringan menggunakan arang aktif. 

Pelatihan ini tergolong berhasil. Karena berdasarkan target bahwa masyarakat mampu menggunakan alat baru yang lebih efektif dan efisien, serta masyarakat mampu memproduksi kedua jenis minyak yaitu crowd oil dan virgin oil. Partisipasi dari masyarakat juga optimal dan juga berimbang antara peserta laki-laki maupun perempuan.

Dalam pelatihan ini menghadirkan narasumber yaitu Ir. Wafid Dinarto, MSi yang juga merupakan Dekan Fakultas Agroindustri Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Pelatihan berlangsung selama 10 hari dengan masing-masing desa sebanyak 2 hari. Dilaksanakan pada 26-30 Januari 2017 di 5 Desa di Merangin Jambi. Peserta total sebanyak 130 laki-laki dan 138 perempuan.

Rencana ke depan setelah pelatihan ini, masyarakat akan memproduksi minyak kepayang dengan serterusnya akan mengurus packaging serta perijinan PIRT dan hal-hal prosedural lain. Analisis dan rencana bisnis akan terus dimatangkan untuk menuju produksi massal. Sehingga rencana branding merangin sebagai penghasil minyak kepayang akan terjadi. 

No comments:

Post a Comment